Sakobar

Animasi

Welcome

Rabu, 04 Januari 2012

Awalnya Jagad Raya Cair

Jagad raya pada mulanya terdiri dari cairan. Para ilmuwan lembaga penelitian Penabrak Relativistik Ion Berat (RHIC) di laboratorium nasional Brookhaven, Long Island, New York, menyimpulkan itu setelah meneliti selama lima tahun. Mereka mencari bentuk campuran quark-gluon yang diperkirakan mengisi alam semesta beberapa mikrodetik sesaat setelah terbentuk. Ternyata, campuran tersebut berbentuk cairan dan bukan gas panas.

Quark adalah bagian dari muatan atom proton dan neutron. Sedangkan gluon membawa energi ikatan antar-quark. Partikel cair ini terbentuk sesaat setelah big bang, ledakan besar superpanas yang melahirkan jagad raya.

Dengan kejadian hanya sesaat, para ilmuwan RHIC menembakkan atom emas mendekati kecepatan cahaya. Lalu, menabrakannya satu sama lain. Tabrakan ini menghasilkan gelembung superkecil seukuran inti atom. Meski gelembung berukuran atom, namun temperatur di dalamnya mencapai 2 triliun derajat Celsius alias 150 ribu kali lebih panas dari inti matahari.

"Ini terjadi di alam semesta 13 miliar tahun silam," terang Sam Aronson, direktur penelitian energi di Brookhaven. Penelitian menunjukkan campuran quark dan gelembung berbentuk cair dan terjadi hanya 10 sampai 23 detik.

"Kami benar-benar terkejut," terang Wit Bursza dari MIT, yang merilis hasil penelitian itu pada 18 April 2005, di konferensi Komunitas Fisika Amerika di Tampa, Florida. "Ternyata interaksi antara quark dan gluon jauh lebih kuat dari perkiraan," kata Dmitri Kharzheev, pakar fisika teoritik di Brookhaven. Kekuatan ikatan membuat ikatan tetap cair meskipun sangat panas. "Temuan ini mengubah pandangan mengenai alam semesta pada masa awal pembentukannya," lanjut Kharzheev.

Cairan terdiri atas partikel yang menyebar ke segala arah bersama-sama quark. "Sangat rumit," kata Bursza. Campuran memiliki viskositas rendah dan sama, sehingga menjawab sebagian pertanyaan mengapa bagian alam semesta berbentuk mirip. Cairan awal alam semesta tersebut sangat lembut pada awalnya. Namun, setelah berubah menjadi alam semesta menjadi kasar.

Sumber : Jawa Pos (3 Mei 2005)